Sabtu, 06 Juni 2009

Artikel Dhamma 2

WELCOME TO MY BLOGSPOT BHADRAVIRA

Mengubah Stres Menjadi Sukses


“Tidak ada keberhasilan yang jatuh dari langit, semua itu harus diperjuangkan dan diusahakan. Jika kita tahu bahwa kesuksesan itu harus diperjuangkan, maka dalam kehidupan ini kita harus mampu berjuang untuk mencapai kesuksesan.”

Pernahkah Anda melihat bagaimana bunga teratai tumbuh di kolam? Daunnya melebar di atas air, kemudian bunganya tumbuh di pucuk dan akhirnya mekar. Kalau kita perhatikan sekilas bunga teratai ini seakan-akan tumbuh di atas air. Tetapi, kalau kita amati lebih dalam, di bawah air adalah lumpur, berarti teratai ini tumbuh dari lumpur dan air. Dengan tanah yang demikian kotor dan busuk, namun bunga teratai itu bisa mekar, bisa tumbuh dengan baik dan subur. Kalau kita renungkan, kehidupan kita juga sama seperti bunga teratai itu. Suatu ketika kita pasti pernah mengalami jatuh ke lumpur, ke kekotoran atau ke kegagalan. Hal itu terkadang membuat kita menjadi tidak bersemangat. Kalau kita membayangkan teratai tadi yang kemudian hanya mengeluh, kenapa saya jatuh di lumpur? Kenapa tidak jatuh ditanah yang subur? Kenapa saya tidak jatuh di tanah yang kering, tidak becek, dan tidak berakhir seperti sekarang? Kalau teratai itu hanya bisa mengeluh dan mengeluh, teratai itu selamanya tidak akan pernah tumbuh. Tetapi teratai tadi, ketika benihnya jatuh ke lumpur, dia justru menggunakan lumpur itu sebagai medianya untuk tumbuh. Dia tidak hanya tidak ingin pergi dari lumpur itu, tetapi dia menggunakan lumpur itu untuk tumbuh, besar dan berkembang.

Ketika seseorang jatuh ke dalam situasi yang tidak nyaman, seperti ke dalam keluarga yang tidak nyaman, terkadang kita ingin menyingkirkan ketidaknyamanan itu. Sebagai contoh, saat kita masih anak-anak, terkadang kita malas untuk pergi ke sekolah, namun orang tua kita marah-marah dan memaksa kita untuk masuk sekolah. Tentunya dengan perasaan yang sudah tidak enak, kita kemudian mengatakan kepada orang tua kita “Mama tidak seperti tetangga, mamanya teman saya kalau anaknya bolos boleh, kenapa saya tidak!” Lalu kemudian berpikir bahwa orang tua kita tidak baik dan kita ingin menukarnya dengan yang lebih baik, yang bisa memberikan ijin bolos dan lain sebagainya. Suatu kita kecil, kita pernah mengalami hal seperti itu, ingin menukar kondisi-kondisi yang ada. Seperti benih teratai yang sudah jatuh ke dalam lumpur lalu ingin lompat dan keluar dari habitatnya. Lalu ketika kita tumbuh besar, kita juga mengalami hal yang sama dalam berpacaran. Terkadang kita membandingkan pacar kita, baik dengan pacar orang lain ataupun pacar kita yang terdahulu. Kita kepingin tukar dan keluar dari habitat kita. Sama juga halnya ketika dewasa lalu bekerja, kita pun tak lepas dari berkeluh kesah dan membanding-bandingkan dengan tempat kerja yang lain. Misalnya, tempat kerja kita liburnya tidak banyak seperti kantor lain, atau gajinya kecil tak seperti kantor lain dan mungkin bosnya galak tak seperti kantor sebelah yang bosnya baik. Namun jarang kita berkeluh kesah jika pekerjaan kita lebih ringan dibanding tempat kerja lain. Semuanya selalu dilihat yang enak-enak saja. Kemudian di rumah tangga, punya pasangan hidup juga begitu. Terkadang ada dari kita yang membandingkan istrinya yang sudah tidak cantik lagi karena sudah beranak tiga dengan tetangga yang masih cantik dan belum punya anak. Lalu berpikir untuk memiliki tetangga tersebut atau menukar dengan istrinya. Kita punya pola-pola seperti itu.

Ada memang satu konsep bahwa kita harus keluar dari comfort zone (zona aman), kita harus berani mencoba sesuatu yang baru. Namun, ketika kita tidak punya kesempatan untuk mencoba sesuatu yang baru, mau tidak mau kita harus menghadapi dan menjalaninya. Contohnya, kalau sudah punya pasangan hidup dan beranak 3, masa kita mau cari yang baru lagi! Kalau sudah demikian, teori bunga teratai itu perlu kita gunakan. Jadi jika tak ada kesempatan untuk berganti lagi atau berubah dari situasi yang kita hadapi, lihatlah bunga teratai itu. Bahwa kalau kita sudah jatuh ke lumpur, gunakalah lumpur ini sebagai media untuk tumbuh dan tidak keluar dari habitat kita.
Kalau kita mengalami kegagalan, pertama kali yang kita lakukan adalah berusaha dan berusaha. Tetapi kalau sudah tidak bisa ya sudah, sekarang kita hadapi kesulitan itu. Kesulitan dalam rumah tangga, ekonomi, kesehatan dan apa saja mulai kita hadapi. Kalau kita menghadapinya, yang pertama kali kita harus punya adalah keyakinan yang kuat. Kita yakin bahwa hidup ini selalu berubah. Jika dulu kita pernah bahagia bekerja di satu tempat sekarang ini, kenapa kita tidak bisa bahagia di tempat yang sama seperti dulu? Karena memang hidup ini berubah. Suasana pekerjaan kita berubah, semua berubah karena hidup selalu berubah. Namun kadang-kadang kita mengunci diri kita, sehingga suatu ketika kita malah sulit untuk berubah dan merasa tidak nyaman kalau berubah, padahal hidup itu selalu berubah. Jika kita punya keyakinan kalau hidup ini berubah dan kita bisa berubah, walaupun mental kita mengalami kesulitan kita akan punya suatu kekuatan untuk tidak menyerah ataupun pasrah, tetapi tetap berusaha menghadapinya. Mempunyai keyakinan ketika kita sakit suatu saat kita pasti sembuh. Ketika kita sedang menderita suatu saat kita harus bahagia, ketika kita gagal suatu saat kita harus berhasil. Namun suatu ketika ini waktunya panjang sekali, bisa sebulan, tiga bulan, setahun, atau bahkan tiga kelahiran yang akan datang.
Ketika kita sudah mempunyai semangat seperti teratai tadi, yaitu semangat untuk berubah. Kita harus mendukung diri kita dengan informasi, memiliki informasi yang sesuai dan cocok untuk mengubah kenyataan. Misalnya, kalau kita sedang sakit, kita harus mempunyai informasi obat yang sesuai, hingga akhirnya kita bisa sembuh. Begitu juga kalau kita tidak nyaman dengan kantor kita, tetapi kita sudah tidak bisa pindah, maka minimal kita punya informasi yang baik, jelas dan positif. Seperti contoh, kantor kita gajinya kecil, bos jahat, tetapi teman-teman kantor kita baik-baik atau teman kantor kita jahat, gajinya juga kecil ditambah lagi bos tidak bersahabat, akan tetapi kantor inilah yang paling dekat dari rumah atau mungkin saja di kantor inilah kita bertemu dengan pasangan hidup kita. Setiap saat ada nilai positif pada semua kesulitan yang kita hadapi. Misalnya, jika kita punya pasangan hidup dan sudah beranak tiga atau sudah tua. lalu timbul kejengkelan dan kebosanan. Renungkanlah bagaimana pasangan hidup kita ini, mungkin dulu dia baik, cantik/ganteng, bertanggung jawab dan tetap setia, kalau sekarang sudah begini ya sudahlah terima saja.Terlebih lagi walaupun dahulu pasangan hidup kita sudah jelek, tidak setia dan bertanggung jawab, namun tetap ada sisi positif di balik itu semua, yaitu ketika yang lain meninggalkan kita hanya dialah yang setia dan mau dengan kita. Ada satu nilai positif yang harus kita cari sebagai benih teratai untuk tumbuh karena kalau kita sama sekali hanya melihat lumpur-lumpur dan tak ada satu pun benih, maka selamanya kita hanya hidup dan bernafas di dalam lumpur. Kita hanya selalu melihat sisi negatifnya saja. Tetapi, ketika kita melihat benih-benih teratai di sana dan di sini, barulah timbul semangat dan ternyata situasi yang paling tidak enak sekalipun ada keindahannya.
Jadi itulah tahap-tahap dimana kita dapat mengubah stres menjadi sukses, yang pertama kita harus yakin bahwa situasi bisa berubah. Yang kedua, kita selalu mengambil hikmah, keindahan, nilai positif di dalam ketidaksesuaian. Yang ketiga, kita berusaha untuk membesarkan benih teratai tadi, yaitu nilai-nilai positif di dalam situasi yang paling menderita tadi. Kalau kita melihat pasangan hidup kita yang mampu menerima kita apa adanya pada saat beberapa tahun yang lalu, maka itulah yang kita ingat. Kadang-kadang kita tidak ingat asalnya, yang kita ingat hanyalah saat ini, saat dimana dia menjengkelkan, jelek dan orang yang paling kita benci. Padalah dulu dia adalah orang yang kita cintai dan sayangi. Inilah titik yang mulai kita kembangkan dan bangkitkan menjadi benih teratai yang mungkin tumbuh. Kemudian ketika kita punya keyakinan bahwa hidup itu berubah dan melihat ada benih kebaikan atau potensi untuk menjadi baik, lalu kita berjuang untuk memperbaiki situasi, maka tahap yang keempat yaitu mengembangkan perbuatan baik, berbuat baik dengan badan, ucapan dan pikiran.
Sekarang ini banyak sekali orang yang sudah mempelajari manajemen untuk berusaha memperbaiki hidupnya, mulai dari manajemen usahanya, kesehatan dan apa saja. Tetapi, mengapa hasilnya tidak ada? Kita sudah bekerja keras, namun tidak ada hasilnya. Kita sudah berusaha konsultasi mengenai rumah tangga, tetapi tetap tidak bahagia. Mengapa? Karena hidup bukan hanya membutuhkan prilaku manajemen saja, tetapi kita juga kebajikan. Pada akhirnya kebajikan inilah yang akan mengkodisikan kita bertemu dengan sesuatu yang tepat. Misalkan, kita sudah berusaha mencari dokter yang baik untuk penyakit yang kita derita, berusaha mencari sumber-sumber informasi dari buku, internet dan lain-lain. Kemudian kita berbuat baik melalui ucapan, perbuatan dan pikiran, sehingga akhirnya mungkin kita bertemu dengan dokter yang cocok dan obat yang sesuai.
Tetapi kalau kita hanya berbuat baik saja ini pun kurang. Sudah banyak kita dengar di masyarakat, banyak orang yang sudah berbuat baik dan melakukan bakti sosial kemana-mana, tapi mengapa hidupnya tidak bahagia? Karena hanya berbuat baik saja dan tidak didukung dengan manajemen yang baik pun tidak berhasil. Perbuatan baik dengan pikiran, ucapan dan perbuatan adalah sungguh penting, bahkan nilainya 50 persen. Sedangkan manajemen tadi yang mengatakan bahwa kita harus punya keyakinan bahwa hidup itu bisa berubah, lalu mencari nilai positif dari setiap kesulitan yang kita miliki dan berusaha mengembangkan nilai positif yang sudah ada, semua itu nilainya juga 50 persen. Jadi kalau ini semua digabungkan, maka kita punya kesempatan untuk tumbuh seperti bunga teratai yang jatuh ke lumpur, lalu akhirnya tumbuh dan berkembang. Tetapi, kalau kita tidak menggunakan kesempatan ini, yaitu 50 persen manajemen dan 50 persen berbuat baik, maka kita sulit untuk bangkit dari segala macam kegagalan.
Karena itu ketika kita mengalami kesulitan, ketika kita sedang mengeluh, cobalah kita melihat bunga teratai, sudahkah kita menggunakan filosofi bunga teratai? Kalau sudah, bisakah kita menggunakan cara hidup bunga teratai untuk bangkit dari kegagalan. Kalau kita bisa menggunakan itu, sesungguhnya di dunia ini tak akan ada lagi kesulitan yang tidak bisa kita hadapi. Sesungguhnya hidup adalah perjuangan, kesuksesan harus diperjuangkan, sila-sila harus diperjuangkan. Tidak ada keberhasilan yang jatuh dari langit, semua itu harus diperjuangkan dan diusahakan. Jika kita tahu bahwa kesuksesan itu harus diperjuangkan, maka dalam kehidupan ini kita harus mampu berjuang untuk mencapai kesuksesan. Karena itu ingat dan renungkanlah tentang teratai itu baik-baik. Jika kita mau berjuang tanpa harus keluar dari lingkungan kita, dan menambah berbagai upaya serta kebajikan setiap waktu, setiap saat yaitu melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan. Dengan demikian kita bisa keluar dari kesulitan dan penderitaan. Kemudian kesuksesan pun dapat kita raih dan perjuangkan, karena hidup untuk suksus memang harus diperjuangkan. (SP : s/Parkit)
Sumber :
Majalah Sinar Padumuttara
Edisi 003, Okt - Nov 2008

Agama Buddha

HUBUNGAN ANTARA AGAMA BUDDHA DAN
ILMU PENGETAHUAN MODERN

0leh :
bhadra vira

Tidak akan ada yang mempermasalahkannya, kiranya, kecuali oleh ilmu pengetahuan itu sendiri, kalau dikatakan bahwa Agama Buddha itu merupakan suatu sistem, yang mempunyai pandangan yang objektif dan mandiri, mengenai sifat dan tujuan kehidupan manusia. Sifat objektivitasnya yang menonjol dari Agama Buddha, itu menyebabkan sistem Agama Buddha itu memisah dari Alam Agama, dan sekaligus mengakibatkan Agama Buddha lalu menggabung dengan jenis penyelidikan ilmiah yang berusaha untuk mencari Kenyataan (=Truth), yang mencirikan India pada zaman Gupta, dan periode-periode awal lainnya dari peradaban IINDAHNYA DHAMMA DALAM BATINndia, yang memungkinkan sekarang ini, sebagian besar para cendekiawan dari dunia intellektual, -baik di Dunia Timur, maupun di Dunia Barat-, terdorong untuk sibuk memperkembangkan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk mencapai Kenyataan-Kenyataan tersebut. Penulis dapat memahami pendapat seseorang (walaupun pendapat itu tidak benar), yang mengatakan bahwa Agama Buddha itu memiliki sifat-sifat tersendiri, yang agak berbeda sifatnya dengan sifat-sifat yang terdapat pada Agama-Agama lain; Agama Buddha itu merupakan suatu sistem yang dapat dipergunakan untuk menghayati dan mencapai tujuan didalam hidup dan kehidupan di dunia, yang dilingkungi oleh kesukaran-kesukaran dan yang penuh berisi penderitaan-penderitaan itu. Saya juga dapat memahami pendapat seseorang (walaupun, sekali lagi, pendapatnya itu tidak benar), yang mengatakan bahwa Agama Buddha itu sepintas nampak seperti bukan Agama-Agama lainnya; saya katakan bahwa saya dapat memahami pendapat yang demikian itu, karena pendapat tersebut merupakan kesimpulan dari penilaian yang mendefinisikan Agama sebagai suatu pengalaman mystic, dan para penganut Aliran dari Agama Buddha tertentu, ada yang cenderung kurang tertarik perhatiannya kepada hal-hal yang bersifat mystic, yang katanya dapat menimbulkan gejolak perasaan tertentu, yang dinilai kurang positif. Alasan yang mengeritik Agama Buddha sifatnya agak berbeda dengan Agama-Agama lain, ialah karena Agama Buddha itu kurang begitu menggaris-bawahi kepercayaan mengenai sesuatu, apabila yang dipercayai itu, merupakan sesuatu yang benar-benar sukar diketahui, atau bahkan bersifat tidak dapat diketahui oleh akal manusia, serta menolak dogmatisme. Yang saya sebutkan terakhir tadi, memang merupakan sesuatu yang mendorong lajunya perkembangan umat Buddha sendiri di Negara-Negara Buddhis, namun kiranya tidak ada penyelidik Agama Buddha yang menganggapnya sebagai pertumbuhan yang berlebihan, yang sia-sia, dan menyimpang dari konsepsi Dharma, yang bersifat ilmiah, dari Pendirinya. Artikel ini memegang teguh pendapat bahwa Agama Buddha sebagai suatu sistem, itu dapat dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan, karena memiki kesamaan-kesamaan yang besar.

Tetapi, juga terdapat perbedaan-perbedaan antara sistem Agama Buddha dan sistem Ilmu Pengetahuan : Sang Pemikir Buddhis itu memiliki kejernihan cara berfikir, sejernih tujuan-tujuannya: apabila Sang Pemikir Buddhis itu mempergunakan ilmu pengetahuan dan methode-methodenya, dia dalam mempergunakan sistem ilmu pengetahuan itu sadar bahwa ilmu pengetahuan itu hanyalah merupakan alat untuk mencapai tujuan, dan bukan merupakan tujuan itu sendiri. Dengan kata lain, umat Buddha melihat didalam ilmu pengetahuan itu, refleksi, atau pencerminan, mengenai prinsip-prinsip yang pernah diungkapkan oleh Sang Buddha, dan bahwa prinsip-prinsip yang terdapat didalam ilmu pengetahuan itu hanyalah merupakan ungkapan ulang saja, dari ungkapan-ungkapan yang pernah dikemukakan oleh Sang Buddha, yang pada zamannya Sang Buddha, hal-hal seperti yang terdapat didalam methodologi ilmiah, itu tidak pernah dianggap mutlak, seperti anggapan banyak ilmuwan sekarang. Sejak zaman sekarang ini, dunia tidak terpisah dari methode-methode ilmu pengetahuan; dalam hal ini, kita hanya akan mengemukakan catatan kita, yaitu betapa sangat bersesuaiannya ilmu pengetahuan itu dengan sistem Agama Buddha, yang telah didirikan oleh Sang Buddha, dua ribu lima ratus tahun yang lampau, di India. Pencapaian-pencapaian ilmu pengetahuan modern hanyalah merupakan pemberi tambahan perspektif terhadap konsep-konsep yang telah ada di zamannya Sang Buddha, yaitu misalnya konsep tidak tetapnya dari segala sesuatu, mengenai kwalitas yang bersifat illusi atau khayalan, dan mengenai konsep anatman, dan sebagainya, yang telah dikemukakan lama sebelum abad yang sekarang ini. Sebagai tujuan itu sendiri, memang ilmu pengetahuan itu berkemungkinan mampu memecahkan problema-problema yang nyata-nyata dihadapi, misalnya mampu memberikan makan bagi semua penduduk bumi yang makin lama makin bertambah banyak, mampu membuat makin panjangnya umur manusia, tetapi juga makin mampu memberikan sarana-sarana yang effektif untuk menghancurkan kehidupan. Jika kita tinjau, sekarang ini, ilmu pengetahuan itu tidaklah lebih dari suatu methode yang membuat orang-orang mengkultuskannya, yang menjadi sumber jawaban untuk mengatasi problema-problema; sedang pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya hakiki, misalnya mengenai tujuan manusia, mendapat tempat yang bukan yang paling utama. Nampak terdapat kecenderungan di kalangan para ilmuwan, yang menjadikan ilmu pengetahuan itu sebagai dogma, dengan maksud untuk menyisihkan perasaan-perasaan atau sikap-sikap keagamaan, agar tidak mencampuri kegiatan-kegiatan penyelidikan ilmiahnya. Yang demikian itu terjadi pada beberapa bentuk sekte Hinduisme kuno; mereka mencoba mencari keterangan mengenai Alam Semesta, dengan mempergunakan theori atom, sebagai sarananya, betapa pun cukup tepat konsepsi-konsepsinya; juga dapat kita temui keterangan bahwa para Brahmana di India, di masa-masa yang lampau, itu telah mencoba menghentikan, atau melenyapkan kematian, untuk mencapai keselamatan manusia, yang mungkin dapat kita katakan : mereka itu mencoba berkecimpung didalam aktivitas yang sifatnya ilmiah. Sekalipun demikian, pada masa yang sekarang ini pun, keadaannya tidak berbeda, didalam kenyataannya, tujuan-tujuan ilmiahnya dari para ilmuwan, di dunia sekarang ini, walaupun terwarnai pula oleh sifat spiritual, tetapi lebih banyak terwarnai sifat materialisticnya.

Methode ilmu pengetahuan itu, terutama berisi perumusan suatu hypothesa: pengetesan hypothesa tersebut, dan pernyataan, atau penyampaian hypothesa baru, atas dasar pengetahuan yang dicapai dengan eksperimen-eksperimen yang telah dilaksanakan. Sang Buddha telah mengadakan eksperimen-eksperimen dengan idea-idea, tidak dengan benda-benda, -beliau telah mempergunakan kehidupan manusia yang penuh tempaan-tempaan kehidupan ini, untuk mengukur pengalaman-pengalaman manusia, untuk ditarik kesimpulannya, sebagai jawaban yang dapat memecahkan persoalan, atau melenyapkan penderitaan-penderitaan manusia, setelah masalah-masalahnya dikaji dengan penganalisaan yang paralel dengan cara kerja para ilmuwan.

Ilmu pengetahuan itu dicirikan oleh sifatnya yang "teguh pendirian", apabila sesuatu itu telah dikaji secara ilmiah dan tuntas, serta telah dinyatakan bahwa itu benar, sukar menarik kembali pernyataannya. Penyelidikan terhadap kenyataan (= atau Kasunyataan = Truth) itu tidak selalu mudah dilaksanakan, juga tidak selalu bersifat menyenangkan. Dikatakan juga bahwa Kenyataan itu dapat bersifat menyakitkan hati. Walaupun demikian, tetapi tetap bersifat benar, tetap merupakan kenyataan di mata siapa pun. Dapatkah kami tambahkan bahwa Buddhisme yang aseli, itu menawarkan suatu usaha, sesuatu usaha yang membuahkan hasil yang baik, yaitu agar setelah menemukannya, mau mempertahankannya dan melihatnya secara objektif. Bagi kita semua, yang hidup di dunia ini, yang semuanya memang mencari kesempatan untuk menghayati saat-saat dapat bebas, walaupun sementara saja, dari terkena hukuman, untuk bebas dari terkena kecemasan-kecemasan; pendek kata, untuk mencapai apa yang kita namai kebahagiaan, yang oleh Sang Buddha mengenai masalah kebahagiaan itu, bersabda sebagai berikut : "Baiklah, anda ingin mencapai kebahagiaan, tetapi ingatlah bahwa penghayatan kebahagiaan itu tidak berlangsung secara abadi; hari ini anda dapat merasa berbahagia, tetapi itu sifatnya tidak tetap!". Sama seperti bahwa ilmu pengetahuan itu berusaha untuk mendefinisikan jawabannya secara objektif, tanpa terwarnai oleh emosi, demikian juga Agama Buddha itu membidik sasarannya dengan setepat-tepatnya, bebas dari stress emosional, - tekanan perasaan -, dan memberikan informasi kepada kita secara ringkas sifat yang sebenarnya dari sesuatu itu. Dapat saja kita tidak bersikap yang demikian itu, dan mungkin kita bersikap "teguh pendirian" dan akan melaksanakannya tidak hanya dalam kata-kata saja; tetapi sampai sejauh mana kata-katanya itu, menjadi perbuatan yang nyata, masih harus dibuktikan.

Suatu contoh mengenai ciri "keras-kepala-nya" ilmu pengetahuan, yang juga segaris dengan yang diperkembangkan oleh umat Buddha, nampak didalam konsep karma. Bukankah hukum karma itu merupakan konsep dari Agama Buddha, yang sifatnva sederhana, namun lebih bersifat ilmiah!?!. Apabila orang memilih istilah lain, yang lebih nampak sebagai suatu kepercayaan, adalah prinsip samsara. Apabila kita tinjau secara objektif mengenai kehidupan-kehidupan di masa-masa kelahiran sebelum yang sekarang ini, baik kita tinjau sebagai berada didalam bidang waktu dan ruang, masalah samsara (atau reinkarnasi, atau tumimbal lahir), itu masih merupakan hal yang memerlukan keterangan-keterangan sejelas-jelasnya (walaupun itu adalah merupakan suatu kenyataan, dan tidak perlu diragukan akan kebenarannya!). Yang merupakan pembicaraan yang penuh arti, adalah bahwa "Diri saya" yang sekarang ini, tidaklah sama dengan "Diri saya" kemarin, tidak sama dengan keadaan satu tahun yang lampau, atau bahkan tidak sama dengan beberapa saat yang lalu. Walaupun tidak nampak dengan mata, namun "Ego" kita (= "Diri" kita), itu telah mengalami perubahan, wujud badan jasmani kita, itu dari satu saat ke saat berikutnya, keadaannya tidak sama. Pula, bahwa "Penghayatan Ke-Aku-an" dari individu, yang memiliki kemauan dan kebebasan ber-kehendak, itu dapat berbuat sesuatu, dan memang selalu berbuat sesuatu. Sesuatu perbuatan itu di-pra-kondisi-kan oleh perbuatan- perbuatan yang mendahuluinya. Perbuatan yang dilakukan sekarang ini, mempunyai effek-effek, atau akibat-akibat, untuk besok paginya, memiliki akibat-akibat di masa yang akan datang, di bidang perbuatan dan fikiran. Penulis artikel ini, berpendapat bahwa itulah yang dinamai prinsip-prinsip karma dengan applikasinya. Itu sifat ilmiah, disitu tidak ada sesuatu yang kita namai esoteric, - keajaiban-keajaiban yang bersifat batiniah.

Sudah sangat banyak dikemukakan orang mengenai hubungan antara Agama Buddha dan ilmu-ilmu pengetahuan alam, namun kiranya disini perlu juga saya sajikan uraiannya, asal tidak sampai ke hal-hal yang sekecil-kecilnya. Sifat dari zat, sifat dari realitas physik, problema-problema mengenai ruang dan waktu, semuanya telah terdapat secara implicit didalam ajaran-ajaran Sang Buddha. Penulis artikel ini harus mengakui bahwa Sang Buddha itu tidak acuh tak acuh terhadap hubungan-hubungan yang bersifat mystic yang demikian itu, sama seperti bahwa beliau juga tidak acuh tak acuh terhadap hubungan antara jiwa (= mind) dan zat (= matter). Perhatian Sang Buddha terutama terletak didalam hubungan antara Agama Buddha dengan ilmu-ilmu pengetahuan sosial, yang merupakan bidang yang sangat luas, untuk memahami hubungan antara manusia dengan manusia, dan tidak antara atom dengan alam semesta yang tidak dihuni oleh makhluk.

Didalam ilmu-ilmu pengetahuan sosial, sebagai misalnya anthropology dan sociology, usaha yang dilakukan orang, adalah memahami bagaimana orang-orang itu bertingkah-laku didalam kelompok, dan mengapa mereka itu bertingkah-laku yang demikian itu. Suatu aspek hubungan (yang sama), kita lihat juga pada ilmu ekonomi, dan ilmu politik. Masih dapat kita teruskan uraiannya, dengan menambahkan lagi dengan suatu disiplin ilmu pengetahuan, yang meng-evaluasi individu, yaitu psychology, atau ilmu jiwa. Didalam semua lapangan yang disebutkan dimuka tadi, orang dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat sesuatu yang maha penting, ialah : bahwa manusia itu bertingkah-laku, karena telah mengalami keadaan dipersyarati, - yang oleh ahli anthropology dikatakan karena terkena pengaruh warisan-warisan kebudayaan. Kita dapat memahami pendapat orang-orang, yaitu bahwa kita dapat menganggapnya sesuatu tingkah-laku itu benar dan baik, sedang orang-orang lain (yang lain kebudayaannya dengan kebudayaan kita) mungkin menganggap itu sama sekali salah dan tidak baik. Ilmu-ilmu pengetahuan sosial itu mengajar kepada kita mengenai sifat relativisme-nya dari tingkah-laku manusia.

Seandainya kita dapat menerima pendapat bahwa tingkah-laku manusia itu bersifat relative, maka sebagai akibat selanjutnya, adalah bahwa tidak ada konsep-konsep mengenai kebaikan atau kejahatan, yang mutlak. Memanglah, bahwa kebaikan dan kejahatan, itu sifatnya sangat relative. Sebagai seorang yang telah terlatih di bidang ilmu-ilmu pengetahuan sosial, yang telah memperoleh informasi-informasi mengenai cara kehidupan bangsa-bangsa di Dunia, yang berbeda-beda itu, penulis artikel ini dapat menerima pendapat yang demikian itu (bahwa tingkah-laku manusia itu bersifat relative). Namun, hanya didalam ajaran Agama Buddha sajalah, yang beberapa dari konsep-konsep yang kacau, itu telah disusun kembali menjadi berkeadaan teratur. Coba, silahkanlah memperhatikan kenyataan bahwa Sang Buddha itu tidak pernah bersabda : "Janganlah anda.....". Sang Buddha mengatakan bahwa adalah merupakan suatu idea yang bagus untuk menghindari jenis-jenis tingkah-laku tertentu, dan beliau juga memberikan sejumlah ajaran-ajaran, yang seluruhnya bersifat positif, terhadap para pengikut beliau. Agama Buddha itu ajaran-ajarannya dapat diterapkan bagi siapa saja, tanpa memandang latar belakang, kepercayaan, sistem ekonomi atau sistem politik, yang dianut seseorang. Yang diajarkan Sang Buddha tidaklah lain adalah kegiatan untuk mengembalikan lagi keseimbangan pada diri orang-orang. Bahkan lebih dari itu, Sang Buddha selalu mengharapkan agar pada diri orang-orang senantiasa berkeadaan seimbang kepribadiannya, sesuai dengan sudut pandangan Agama Buddha. Untuk menyadari konsep, atau ajaran anicca, jelas tidak perlu kita permasalahkan, itu adalah merupakan ajaran yang sangat berguna bagi semua orang.

Tetapi umat Buddha itu dapat menolong dirinya sendiri, dalam hal pencapaian tujuan-tujuannya, dengan menyadari dan mengikuti objektivitasnya para sarjana ilmu pengetahuan sosial. Dalam hal ini, yang saya maksudkan adalah bahwa para sarjana ilmu pengetahuan sosial itu dapat menarik-diri, tidak mau tenggelam dalam masalah-masalah yang dihadapi sesama manusia yang sedang mengalami permasalahan itu. Namun kadang-kadang para sarjana ilmu pengetahuan sosial itu ada yang tidak berusaha untuk membuat agar kehidupan sesama manusia berkeadaan lebih baik. Namun lain yang dilakukan oleh Sang Buddha. Umat Buddha, itu walaupun melakukan yang sama dengan yang dilakukan oleh para sarjana ilmu pengetahuan sosial, yaitu tidak mau tenggelam pada permasalahan yang dialami manusia yang sedang menghadapi sesuatu masalah, tetapi sambil bersikap tidak mau tenggelam pada permasalahannya, Sang Buddha berusaha mencapai pemecahan, secara tidak langsung, didalam mengatasi problem-problema penderitaan yang dialami oleh manusia. Sang Buddha berpendapat dan menyadari kenyataan bahwa orang yang dapat menolong dirinya sendiri, itu berarti tidak boleh tidak, dia dapat menolong orang lain juga. Sang Buddha itu menaruh perhatian sepenuhnya terhadap problema-problema kemasyarakatan dan kepribadian. Ahli Ilmu Pengetahuan Jiwa Psychoanalisa itu dapatlah didalam beberapa hal diperbandingkan dengan orang yang telah dapat mencapai Penerangan Sempurna (= Kesadaran Nirvana), tetapi orang yang telah memperoleh Penerangan Sempurna (= Enlightenment) itu tidaklah perlu harus diajar bagaimana cara bergaul dengan sesama manusia. Sifat dari Kesadaran Nirvana itu, tidak dapat tidak, juga mendatangkan sikap yang dimiliki oleh ilmuwan. Umat Buddha dapat menerima ketidak-terikatan yang sifatnya kontemplatif dari para ilmuwan. Didalam mengerjakan hal yang demikian itu, dia dapat menjadikan dirinya menjadi umat Buddha yang lebih baik, dan dapat mengikuti atau mempraktekkan lebih dekat dan lebih luas lagi, mengenai ajaran-ajaran pokok dari Agama Buddha. Objektivitas, atau sikap menghadapi masalah-masalah secara objektif, didalam menangani masalah-masalah manusia, tetap merupakan sikap mental yang penting hingga dewasa ini.

Makna berlindung kepada Budha-Dhamma-Sangha, Tiga Permata Semesta.



kenapa manusia perlu membuat atau mempunyai perlindungan
, disini perlindungan bukanlah pelindung ( kalo pelindung, mungkin cari satpam atau bodyguard utk menjadi pelindung lbh tepat kali, atau ahli beladiri )... perlindungan disini bermakna lbh dalam, artinya tempat/sarana mencari inspirasi dikala ketakutan timbul dan menyerang, tempat/sarana utk menawarkan ( baca = memberi solusi ) bagi ketidak pastian hidup, melepas kejemuhan hidup, mengobati kelelahan atau luka lara...dll, alasan2 yg bisabanyak macamnya dan berbeda2 jawabannya jika di tanya kepada setiap orangnya,kenapa berlindung ?.
tapi intinya adalah " karena manusia itu belum mencapai keSEMPURNAAN hidup "
untuk alasan ini diperlukanlah sesuatu yg bisa dijadikan "Sumber/Menara penerang" bagi kapal2 yg sedang berlayar dilautan ketidak pastian ini, atau juga yg bisa menjadi Pemimpin, Guru dan Dokter yg telah menjalani dan menjadi SEMPURNA yg siap menjadi Teladan dan menjadi Inspirasi bagi manusia dalam mencapai tujuan kehidupannya yaitu KESEMPURNAAN...
( kesempurnaan disini adalah hilang/lenyapnya penderitaan dan tidak lagi muncul penderitaan baru lagi,penderitaan itu berarti mengalami kesakitan, ketuaan dan kematian, yg diawali dg kelahiran )
Guru Agung Budha adalah sosok Pemimpin yang sejati, kenapa Pemimpin...? karena Yang Termuliakan telah mencapai Kesucian melalui usahanya sendiri (" Arahang "), dalam jaman dimana hidup didunia hanya dipenuhi oleh dua ekstrim yaitu, ekstrim duniawi ( atau pemuasan nafsu inderawi ) dan non duniawi ( penghancuran fisik dan memuaskan aku non fisik/mental ), seluruh dunia, bumi ini dikala itu masih dicengkram oleh kegelapan pandangan....pandangan salah, ektrim2 ini hanya menjadi racun utk semua mahkluk didalamnya ( nya= pandangan salah/sesat ) utk terus berputar2 dalam roda samsara ini, menuju alam kekehancuran, penderitaan,kesedihan, maupun alam kebahagiaan yg sesaat ( baca = semu )...
dengan tercapainya Pencerahan/kesucian ini maka Guru Agung Budha memutar roda Dhamma yg tidak akan pernah bisa diputar oleh mahkluk apapun juga didunia ini, dg segala manusia, dewa dan mara serta brahmanya...Guru Budha benar2 Permata semesta yg tiada taranya, kenapa dikatakan Pemimpin karena Guru Budha talah menembus semua kesunyataan dg usahanya sendiri, sosok Pemimpin yg baik adalah yg telah berpengalaman dan berhasil dalam pengalamannya dalam mencapai sesuatu, dalam hal ini Guru Budha adalah Pemimpin yg tiada taranya, yang status kepemimpinannya tidak lah bisa digantikan oleh sosok apapun juga, karena tidak ada Dua Budha sempurna yg hadir di satu dunia...dunia akan hancur bila ada dua energi yg luar biasa hadir bersamaan, seperti orang yg sdh kenyang sekali disuruh makan sekali lagi dg porsi yg sama, tidak akan bisa, dan akan mengakibatkan kematian orang tersebut saja....dalam hal inilah Guru Budha di sebut Pemimpin yg tiada taranya. Teladan bagi semua yg menuju kebahagiaan sampai pada kesempurnaan hidup.

kenapa di sebut Guru? karena Guru Agung Budha mengajarkan Dhamma yg luarbiasa, yg akan membuat siswanya menjadi bisa lepas dari roda samsara, dan mencapai kebahagiaan abadi/kesempurnaan hidup, dimana lagi yg mengajarkan hal2 demikian? yang ajaranNya memiliki Sifat2 "unik" yaitu, Ajaran Guru Budha sungguh sangat sistematis, dan menyeluruh serta menyentuh langsung ke inti/esensi, bisa di manfaatkan langsung/dipraktekan, mengundang utk di buktikan, (dan ini akan kita bahas pada makna berlindung dalam Dhamma) untuk alasan inilah Guru Agung Budha disebut Guru yang telah sempurna teori ( baca=pengetahuan ) dan praktekNya ( baca = tingkah laku dan pencapaian-Nya ), Guru lain juga mengajarkan Ajaran yg dinyatakan Ajaran kesempurnaan, tapi coba teliti Sifat2 dari ajarannya...??? dari sini kerendahan hati Guru Budha lambang kesempurnaan dari sosok Guru ( baca = Guru Agung )

kenapa disebut Dokter? karena Guru Budha mengobati mereka yang sakit akibat kebencian, angulimala yg sadis karena pandangannya yg salah membunuh 999 manusia, menjadi jinak dan sembuh dari kekejamannya sebaliknya menjadi tercerahkan akhirnya, bagi penyakit kemelekatan, pajapati gotami yg hampir menjadi gila kerena kehilangan anak tunggal nya mendadak akibat sakit, menjadi sadar dan akhirnya tercerahkan juga, ini contoh Guru Budha adalah Dokter yg bisa mengobati penyakit mental yg sampai saat inipun masih susah di obati, jadi apalah artinya sakit fisik yg kelihatan, bahkan Guru Budha menjadi Dokter untuk mengobati penyakit kelahiran, ketuaan dan kematian... adakah Dokter didunia ini maupun didunia sana yg bisa menawarkan pengobatan bagi ketiga penyakit ini...??? untuk alasan-alasan inilah Guru Budha disebut Dokter.

sekarang apakah benar Guru Budha pernah ada didunia ini???
inikan kisah sejarah 2500 lebih tahun yg lalu, bagaimana bisa percaya? apakah harus percaya? kenapa harus percaya?....dls.
Guru Budha sangatlah unik dalam hal menjelaskan Kepercayaan ini.
sekarang kita tanya sama anda, apakah anda percaya leluhur anda itu pernah ada dan hidup didunia ini? apakah anda melihat langsung leluhur2 anda? bagaimana anda mempercayainya?
jawabannya gampang karena begitu anda melihat ayah/ibu, paman/bibi dan kakek/nenek tercinta yang masih ada atau yg masih anda pernah ketemu (baca = lihat langsung dg mata kepala sendiri ), anda tidak perlu diyakinkan lagi kalo leluhur anda itu ada. kenapa karena kakek/nenek, ayah/ibu anda itu adalh bukti hidup dan tidak akan membohongi anda, terlepas anda nanti percaya atau tidak, mereka tidak akan memaksa anda utk percaya kalo leluhur ( ayah/ibu, kakek/nenek dll dari kakek/nenek anda ) ada, jadi bukan terletak apakah anda percaya atau tidak percaya lantas leluhur anda ada atau tidak pernah ada, masalahnya adalah, dapatkah anda melihat/mencari tahu, siapakah anda? anda datang kedunia ini pasti ada sebabnya, nah percaya atau tidak percaya itu bukan masalh utama, tapi tahu atau tidak tahu, sebabnya itulah masalahnya... terus setelah ini alasan lainnya adalah karena ada yg ditinggalkan oleh leluhur anda kepada kakek/nenek,ayah/ibu atau paman/bibi ( atau singkatnya garis turunannya ), dan kebanyakan ini adalah berupa pengalaman2 kebersamaan mereka yg diceritakan oleh kakek/nenek, ayah/ibu dan paman/bibi anda, ajaran2 baik yg telah dilakukan atau di ajarkan..., kisah pengorbanan leluhur anda dalam membangun keluarga..., dls, termsuk disini bukti fisik kuburan, tanah warisan, pabrik, rumah warisan, tempat2 yg pernah dikunjungi yg masih ada, desa kelahiran mereka, dan foto2 kalo sdh ada pada jaman itu tentunya. untuk alasan2 inilah anda bisa mempercayainya...
Guru Budha telah mewariskan Dhamma AjaranNya yg sungguh Agung dan luar biasa, Yang Indah pada Awalnya, Indah pada Pertengahan dan Indah pada Akhirnya, dan Ajaran ini sampai saat ini masih kita bisa lihat, baca, renungi, kaji ulang, buktikan, tidak perlu buru2 percaya... sebaiknya cari tahu yang benar, kemudian buktikan dulu, setelah AjaranNya memberi Kebaikan bagi Anda, juga orang lain sekitar anda dan lingkungan anda baru lah kepercayaan anda akan menjadi tak tergoyahkan lagi. sungguh sangat longgar sifatnya dan toleran utk ukuran suatu aliran kepercayaan atau agama, yg tidak mendogma dulu ajarannya, tapi justru menuntut semua utk orang2 membuktikanNya dahulu, Kisah2 perjuangan, pengorbanan, semangat utk pencerahan, sebagai pangeran mahkota dari suku Sakya, meninggalkan kemewahan istana dan kesenangan semu Nya, bahkan kisah2 dari kehidupan2 lampauNya ( sebagai Bodhisatva, dalam kisah jataka ) masih dapat dibaca,
Sangha adalah "Keluarga Dhamma" yg di bentuk dan di wariskan oleh Nya, lihat kwalitas dari orang2 didalam Sangha, tingginya Sila ( ada 227 aturan yg dijalankan seorang Bhikku dan Bhikkuni lbh banyak lagi ) dan latihan2 spiritual ( baca = meditasi ) lainnya, yang orang biasa ( baca = tanpa tekad dan semangat serta pengertian yg benar ) hanya menjalankan lima sila atau delapan Sila saja sdh mengeluh... utk tingginya nilai sila ( karena tidak berbohong adalah salah satu Sila utamanya ) perkataan dari seorang Sangha tentang keberadaan sosok Budha dapat dipercaya.
dengan kata lain dengan melaksanakan Dhamma dan mencapai pengetahuan langsung thd pengujian Dhamma akan membuat anda dapat melihat ( baca = yakin dan mengetahui ) Budha ada, karena alasan ini lah Dhammayatra ( perjananan ke tempat2 dimana peristiwa2 Agung Bodhisatva atau Budha dalam masa2 keberadaanNya didunia ini ada, dalam hal ini akan meningkatkan keyakinan yg benar sebagai tambahannya...

kenapa perlu Perlindungan, sekali lagi karena manusia belum SEMPURNA ( baca = sadar sepenuhnya dan terus menerus sadar ), kalo Anda sudah sempurna, Anda tidak perlu lagi perlindungan, dan orang yg telah sadar biasanya tidak akan lagi membahas perlindungan lagi. karena orang yang sadar tidak pernah muncul lagi ketakutan, kekhawatiran, nafsu2 rendah, niat2 jahat, kesombongan, kelambatan pikiran atau kebodohan, kalo ada yg mengklaim dirinya telah tersadarkan apakah selalu keadaan diatas muncul dan terus ada pada dirinya??? kalo memang belum sempurna, karena itu perlindungan perlu di buat, hingga sampai pantai seberang. terbebas dari penderitaan dan tidak muncul lagi penderitaan baru lagi.
karena kesadaran adalah jalan menuju ke Abadiaan. orang yg sadar tidak akan pernah mati, tapi orang yg tidak sadar, hidup seolah2 telah mati...

renungkan lah,...
menghormat yang patut di hormati adalah "Berkah Utama".

to be continued...

by. bhadra vira

Artikel Kesehatan Keluarga

Cara Melangsikan Tubuh


Ada banyak cara menurunkan berat badan, mulai dari bermacam metode diet, olahraga, operasi sedot lemak, tusuk jarum, sampai minum obat pelangsing. Manakah yang aman dan efektif ?

Merujuk pada badan kesehatan dunia, WHO, disebutkan bahwa penurunan berat badan yang baik tidak dapat dilakukan secara instan, tetapi merupakan terapi jangka panjang. Yang dibutuhkan untuk mengurangi berat badan bukan sekadar mengurangi porsi makan, tetapi juga diperlukan bimbingan dari ahli gizi sebelum melakukan perubahan pola makan, disertai aktivitas fisik serta terapi perilaku.

Untuk mencari tahu cara pelangsingan mana yang sehat, aman, sekaligus efektif, bacalah uraian berikut sampai tuntas.

Sedot lemak
Cara membuang lemak yang kini sedang tren adalah operasi liposuction dan tummy-tuck. Operasi ini banyak dipilih karena berat badan bisa turun secara drastis tanpa perlu capek berolahraga dan melakukan diet, hal itu dibuktikan oleh kesaksian seorang artis ternama. Tapi mengapa ya meski lemaknya sudah dibuang, badannya masih juga melar ?

Pada dasarnya liposuction adalah operasi untuk mengeluarkan lemak di bawah kulit, dan dilakukan untuk mencapai keserasian bentuk tubuh, bukan untuk menurunkan berat badan. Sedangkan tummy-tuck adalah proses pembuangan jaringan lemak yang berlebih dan kulit di atasnya untuk membentuk tubuh lebih estetis. Lemak yang dikurangi pun tak boleh lebih dari 3-5 kg sekali operasi

Menurut dokter spesialis gizi, dr.Johanes Chandrawinata, MND,SpGK, kedua jenis operasi tersebut biasa dilakukan dokter terhadap pasien yang memiliki tubuh bergelambir setelah berat badan tubuhnya susut. Jadi, menurunkan berat dulu baru dioperasi, bukan operasi untuk menurunkan berat karena setelah 3 bulan tubuh akan gemuk kembali.

Gastric binding & gastric by-pass
Tindakan ini dipilih jika dengan metode pelangsingan apa pun tidak berhasil. Gastric binding adalah pemasangan alat "pengikat lambung" yang menyebabkan kantung lambung lebih kecil sehingga kita tidak akan makan terlalu banyak karena tubuh lebih cepat merasa kenyang. Melalui tindakan ini berat badan dapat berkurang 35-60 persen dalam 12 bulan.

Berbeda dengan gastric binding yang bersifat sementara, gastric by-pass bersifat permanen, dokter akan membuat ’jalan’ penghubung antara pangkal lambung dengan usus halus sehingga makanan tidak melalui lambung namun langsung ke usus halus. Dengan gastric by-pass, berat badan dapat dikurangi sampai 80 persen. Untuk melakukan kedua jenis tindakan tersebut, pasien harus berusia di atas 35 tahun.

Akunpuntur
Sampai saat ini metode akunpuntur belum dapat dibuktikan secara ilmiah dapat menurunkan berat badan. Umumnya para pasien pun berhenti di tengah jalan karena tak kunjung mendapatkan berat ideal yang diharapkan.

Obat dan suplemen pelangsing
Sebelum percaya oleh iming-iming iklan, sebaiknya teliti lebih dahulu kandungan obat-obatan dan suplemen tersebut. Badan pengawasan obat dan makanan AS (FDA) bahkan melarang konsumsi suplemen pelangsing yang mengandung kandungan akftif E.sinica atau efedrin karena memiliki efek samping gejala psikiatrik, mengganggu saluran cerna serta membuat jantung berdebar-debar.

Meski menyebutkan mampu menurunkan kadar lemak, tak sedikit obat pelangsing yang hanya mampu mengurangi berat tubuh 1,2 kg selama 6-14 minggu, setara dengan diet redah kalori sebesar 1250/hari pada kurun waktu 0.5 minggu tanpa obat apa pun.

Diet popular
Diet popular sering disebut sebagai "Fad Diets", memiliki karateristik antara lain ; menjanjikan penurunan badan yang cepat, dapat menyembuhkan berbagai penyakit, menganjurkan penggunaan suplemen, makan berdasarkan waktu tertentu, membatasi atau melarang makanan tertentu dan hanya untuk jangka pandang.

Yang dapat digolongkan ke dalam fad diets misalnya diet rendah karbohidrat, food combining, diet berdasar golongan darah, mayo clinic diet. Karena banyaknya larangan untuk memakan jenis makanan tertentu, biasanya kebutuhan tubuh akan gizi tidak terpenuhi karena kekurangan vitamin, zat besi, serta serat.

Dari segi ilmu gizi, setiap waktu makan (pagi, siang dan malam) dianjurkan memakan makanan yang bervariasi dalam jumlah seimbang, karena tubuh membutuhkan berbagai macam zat gizi sekaligus.

Menurunkan berat badan secara sehat
Meskipun belum ada jawaban pasti diet mana yang paling tepat untuk menurunkan berat badan, namun dr. Johanes merekomendasikan pola diet yang dilakukan oleh National Weight Control Registry (NWCR) di AS. NWCR adalah kumpulan data orang (ada 4000 orang) yang telah berhasil menurunkan berat badan lebih dari 13 kg dan tetap bertahan selama lebih dari 5 tahun.

Karateristik pola makannya adalah rendah lemak (24 persen asupan kalori), asupan karbohidrat cukup tinggi, rendah kalori (1300-1500 kcal/hari). Karena kita tidak mungkin mengetahui berapa kalori yang dikandung dalam makanan, dr.Johanes menyarankan untuk mengurangi asupan lebih kecil dari porsi biasa.

"Untuk mengurangi 500 kalori setiap hari mudah kok, misalnya jika makan gado-gado, kurangi bumbu kacang dan kerupuknya, lebih memilih nasi putih daripada nasi goreng, dan sebagainya", saran dokter yang yang berpraktek di RS. St.Boromeus, Bandung ini.

Dijelaskan oleh dr.Johanes, mayoritas anggota yang terdaftar dalam NWCR melakukan makan pagi secara rutin, memantau berat badan sendiri secara berkala serta melakukan olahraga. Dengan pola makan rendah lemak rendah kalori seperti ini telah terbukti mampu menurunkan berat badan lebih dari 13 kg dan bisa dipertahankan lebih dari 5 tahun.

by. bhadra vira

Jumat, 05 Juni 2009

HADAPI PERUBAHAN DENGAN BIJAK

Hadapi Perubahan Dengan Bijak




Waktu terus bergulir, kadang kita tidak berasa hari demi hari sudah dilewati dengan sangat cepat. Ada banyak hal yang kita lalui baik itu hal yang menyenangkan maupun hal yang tidak menyenangkan. Melewati hal-hal yang menyenangkan tentu saja membuat kita merasa nyaman dan selalu ingin berada di kondisi seperti itu. Toh, dalam hidup ini yang dikejar adalah kebahagiaan. Namun bagaimana jika kita mengalami hal yang tidak menyenangkan rasanya dunia sudah mau kiamat. Rasa cemas, gelisah, dan kepusingan mendera. Tentu saja kita ingin segera keluar dari lingkaran ini. Ya itulah kehidupan ada rasa senang dan ada rasa sedih. Semua berjalan seperti roda yang berputar.

Seiring berjalannya waktu akan ada perubahan-perubahan yang kita alami. Perubahan ke arah yang lebih baik atau kearah yang tidak baik. Pada saat kita berada di kondisi yang menyenangkan tentu saja kita tidak ingin hal yang menyenangkan tersebut berubah. Namun bagaimana jika ternyata berubah pada hal yang menyedihkan? Kita sadar dalam hidup ini segala sesuatu dapat berubah. Namun pada saat kita yang mengalaminya apakah kita siap? Banyak dari kita yang tidak siap mengalami perubahan ke situasi yang tidak kita inginkan. Sering kali kita menginginkan kembali pada situasi yang sama seperti dulu yang menyenangkan. Kita pun dilanda kegelisahan, kekecewaan, maupun amarah, keputusasaan, bahkan ada yang fatal mengambil jalan untuk bunuh diri. Di pikiran pun penuh tanda tanya “mengapa semua ini harus kualami?” Ada seorang pemuda yang bekerja di salah satu perusahaan swasta yang sangat ia inginkan. Ia sangat bahagia dengan pekerjaan yang dimilikinya sekarang. Kebahagiaannya semakin lengkap karena ia memiliki kekasih yang cantik. Tentu saja hidupnya benar-benar diliputi dengan kebahagiaan. Namun, kebahagiaan bersama kekasihnya tidak berlangsung lama karena kekasihnya tiba-tiba pergi meninggalkannya. Ia pun menjadi tidak konsentrasi dalam bekerja. Setiap hari pikirannya tertuju pada rasa kecewa dan marah. Karena sering tidak menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, pemuda tersebut diberhentikan dari pekerjaannya.

Pemuda itu pun berubah menjadi pemurung dan pendiam. Dalam hatinya ia gundah dan bertanya-tanya mengapa ia harus mengalami dua peristiwa yang begitu menyakitkan baginya. Dan ia ingin sekali semua itu kembali kesedia kala mendapatkan pekerjaan itu kembali dan kembali bersama kekasihnya. Ya, pemuda tadi merasa semua kebahagiaannya telah berubah menjadi ketidakbahagiaan. Ia pun merasa tidak siap dengan apa yang terjadi bak di sambar petir di siang hari. Semua telah berubah dan ia ingin perubahan itu kembali seperti dulu. Namun perlulah diingat ada hal yang berubah yang tidak dapat diubah kembali seperti sedia kala.

Dalam hidup ini semua dapat berubah namun hendaklah kita dapat memahami perubahan tersebut dengan bijak. Perubahan yang tidak kita sukai seharusnya dapat kita petik hikmahnya untuk membuat kita menjadi orang yang memiliki mental yang berkualitas. Ambillah nilai-nilai positif dari suatu masalah. Bukan kita selalu merenungkan masalah tersebut mengapa harus terjadi? Kita dapat mengubah pola pikir kita untuk tidak meratapi melainkan sebagai pacuan bagi kita untuk berubah ke arah yang lebih baik, keluar dari lingkaran yang tidak menyenangkan.

Tentu tidaklah mudah menghadapi perubahan namun kita perlu mengingatnya ada perubahan yang kita tidak bisa mengubahkan seperti sedia kala. Namun tentu saja, kita dapat merubahnya ke arah yang lebih baik. Ubahlah bukan untuk menjadi sedia kala, namun ubahlah menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan dari sebelumnya. Jika mampu menghadapi perubahan dengan bijak niscaya kebahagiaan akan datang pada kita.

BY. BHADRA VIRA











HIDUP ADALAH PILIHAN


Hidup Adalah Pilihan PDF Cetak E-mail
Rabu, 03 Desember 2008 12:03

Saudara-saudara se-Dhamma, pernahkah terlintas dalam pikiran kita mengapa kita melihat ada orang lain di sekeliling kita hidup berkecukupan dan lebih bahagia dari yang lain? Mengapa ada orang-orang di sekeliling kita hidup dengan lebih mudah tanpa harus bersusah payah? Mengapa ada orang-orang di sekeliling kita mendapatkan apa yang mereka inginkan sementara yang lain tidak? Kita memang hidup sesuai dengan karma yang kita warisi.

Apapun yang sudah kita lakukan, itulah karma sebagai buahnya. Kita berhubungan dengan orang lain adalah akibat karma kita. Sayangnya kata "karma" itu membuat kita akhirnya "berlindung" di atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita. Kita dengan mudah menyerahkan nasib hidup kita karena memang sudah di gariskan seperti itu, karena karma nya sudah begitu.

Saudara-saudara se-Dhamma, pernahkah terlintas dalam pikiran kita mengapa kita melihat ada orang lain di sekeliling kita hidup berkecukupan dan lebih bahagia dari yang lain? Mengapa ada orang-orang di sekeliling kita hidup dengan lebih mudah tanpa harus bersusah payah? Mengapa ada orang-orang di sekeliling kita mendapatkan apa yang mereka inginkan sementara yang lain tidak? Kita memang hidup sesuai dengan karma yang kita warisi. Apapun yang sudah kita lakukan, itulah karma sebagai buahnya. Kita berhubungan dengan orang lain adalah akibat karma kita. Sayangnya kata "karma" itu membuat kita akhirnya "berlindung" di atas ketidakmampuan dan ketidakberdayaan kita. Kita dengan mudah menyerahkan nasib hidup kita karena memang sudah di gariskan seperti itu, karena karma nya sudah begitu.

Tapi bukankah karma itu suatu harga mati yang tidak bisa dirubah? Setiap dari kita bisa untuk merubah dari karma yang buruk menjadi minimal netral bahkan bisa lebih baik jika lebih banyak perbuatan-perbuatan kebaikan yang kita lakukan. Lalu mengapa kita tidak melihat dan mencoba untuk memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan-kesalahan kita? Mengapa kita tidak mengikuti semangat (viriya) dari guru kita, Sang Buddha, ketika Beliau masih sebagai pangeran untuk membebaskan manusia dari penderitaan, usia tua, dan kematian? Beliau terus bertanya dan mencari jawaban atas masalah yang di hadapi manusia tersebut. Dan akhirnya menemukan JALAN itu. Itulah contoh yang bisa kita jadikan sebagai panutan dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai seorang Buddhis kita di tuntut berpikir dengan kritis bukan pasrah menerima nasib dalam menjalani hidup.

Setiap dari hidup yang kita jalani berdasarkan dari pilihan-pilihan yang kita buat. Apabila Anda tidak memilih, itu artinya Anda sudah memilih untuk tidak membuat pilihan. Coba tengok ketika kita mulai bangun pagi. Ketika mata ini terbuka, kita sudah di hadapkan pilihan-pilihan. Apakah mau mandi dulu atau sedikit berolahraga atau duduk santai sejenak. Ketika mandi anda memilih apakah mau mandi air dingin atau air panas dst.Semua yang kita jalani adalah pilihan-pilihan yang kita buat sendiri.

Akibat dari pilihan tersebutlah sebetulnya menentukan masa depan kita. Pilihan-pilihan itulah yang membuat nasib kita hari ini. Kalau hari ini Anda susah mencari pekerjaan. Itu berarti dulu Anda sudah memilih untuk malas belajar, malas bertanggung jawab, malas membina diri, malas untuk bekerja dengan rajin dsb. Itu adalah akibat dari perbuatan kita sendiri, karma kita sendiri yang menentukannya bukan dari Yang Kuasa atau siapapun. Kita lah sebetulnya yang menciptakan nasib hidup kita sendiri itu. Ingatlah sebagai seorang Budddhis bahwa tidak ada sesuatu sebab tanpa akibat. Tidak mungkin tiba-tiba ada tanaman padi sebelum ada benih yang di tanam. Tidak mungkin ada kemakmuran tanpa perbuatan baik yang Anda lakukan.

Kebanyakan dari kita memang suka mencari enaknya saja dalam menjalani kehidupan dan selalu mencari yang menyenangkan daripada harus bersusah payah dan berkorban. Maka ilustrasi cerita di bawah ini dapat menjadi bahan renungan dalam menjalani hidup.

Ada dua buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku." Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Bibit yang kedua bergumam. "Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanahini, aku tak tahu, apa yang akan kutemui di bawah sana. Bukankah disanasangat gelap? Dan jika kuteroboskan tunasku keatas, bukankah nanti keindahantunas-tunasku akan hilang? Tunasku ini pasti akan terkoyak. Apa yang akanterjadi jika tunasku terbuka, dan siput-siput mencoba untuk memakannya? Danpasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untukmencabutku dari tanah. Tidak, akan lebih baik jika aku menunggu sampaisemuanya aman."Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian.

Beberapa pekan kemudian, seekor ayam mengais tanah itu, menemukan bibit yang kedua tadi, dan mencaploknya segera.

Tatkala tiba waktunya untuk berupaya tidak mau berupaya, meski masih muda dan bertenaga kuat justru berogah-ogahan, membiarkan pikiran jatuh terbenam, bermalas-malasan, terpekur; orang semacam ini tidak akan menjumpai jalan kebijaksanaan.

(Dhammapada XX : 280)

  1. Jagalah ucapan, kendalikan pikiran, dan janganlah melakukan kejahatan jasmaniah. Dengan memurnikan ketiga saluran perbuatan ini, seseorang niscaya menemukan jalan yang dibabarkan oleh resi pencari kebajikan.

(Dhammapada XX : 281)

***

Dari cerita singkat ini kita dapat mengerti bahwa segala ketakutan, penundaan, dan merasa sudah nyaman dengan kehidupan yang ada, tidaklah menjamin kehidupan akan berjalan dengan baik. Justru tantangan, keberanian mengambil resiko, selalu berusaha penuh komitmen akan membuat hidup ini menjadi lebih baik. Janganlah kita menunggu datang waktu yang baik itu. Karena tidak pernah ada waktu yang terbaik itu. Sekarang adalah waktu yang terbaik untuk memulai memilih menjalani kehidupan dengan berani, penuh tanggung jawab, komitmen, ulet, dan siap berkorban untuk mendapatkan kehidupan yang anda inginkan.

Memang, selalu saja ada pilihan dalam hidup. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, sering kali kita berada dalam kepesimisan, kengerian, keraguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita
ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan untuk tak maumelangkah, tak mau menatap hidup. Karena hidup adalah pilihan, maka,hadapilah itu dengan gagah. Dan karena hidup adalah pilihan, maka, pilihlahdengan bijak.

  1. Hidup adalah mudah bagi orang yang tak tahu malu, yang nekad seperti burung gagak, yang suka menghancurkan orang lain dari belakang, yang suka mencari muka, yang takabur, yang berpenghidupan kotor.

(Dhammapada XVIII : 244)

  1. Hidup adalah sukar bagi orang yang tahu malu, yang senantiasa mencari kesucian, yang tidak malas, yang rendah hati, yang berpenghidupan bersih, yang arif.

(Dhammapada XVIII : 245)

by.bhadra vira

Bukan seorang ibu, bukan seorang ayah


Bukan seorang ibu, bukan seorang ayah,

Bukan pula sanak keluarga yang lain,

Yang dapat melakukan kebaikan yang lebih besar bagi diri sendiri,

Melainkan pikiran yang diarahkan dengan baik.

Dhammapada 43

Belakangan ini kita sering mendengar istilah krisis global melalui media atau pun perbincangan di masyarakat. Sebuah perubahan yang membuat banyak orang panik bahkan sampai ada yang melakukan tindakan nekat. Banyak cerita dari dampak krisis yang melanda dunia sekarang ini. Krisis tersebut membawa dampak yang luar biasa dan mempengaruhi segala lini kehidupan.

Harga-harga yang melambung dan daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan perekonomian berjalan perlahan bahkan ada yang mengalami kebangkrutan. Kalau sudah seperti ini tentu akan berdampak ke arah yang lain. PHK besar-besaran dapat terjadi dan menyebabkan pengangguran semakin meningkat. Padahal pengangguran sekarang ini sudah banyak. Dampak dari kehilangan kerja ini pun mempengaruhi kehidupan keluarga mereka karena penghasilan menjadi berkurang bahkan tidak ada.

Tindakan kriminal yang sekarang ini sering terjadi salah satu faktor penyebabnya adalah krisis yang sekarang ini terjadi. Banyaknya pengangguran akan menambah kemiskinan dan dapat berujung pada maraknya pelaku kejahatan. Faktor kemiskinan juga menyumbang bertambahnya angka kejahatan. Dampak dari krisi ini pun bukan hanya pada segi ekonomi tetapi juga mental manusia. Mereka yang tidak dapat bertahan dari krisis global mengalami ketengan mental, stress, depresi dan dalam kondisi seperti ini mereka dapat melakukan tindakan nekat.

Haruskah krisis membuat kita juga mengalami krisis? Tidak harus demikian, kenapa? Karena masih ada solusi untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi manusia ini. Krisis adalah sebagian dari hukum perubahan, oleh karena itu suka atau tidak suka kita harus menghadapinnya. Perubahan kadang menyenangkan kalau itu perubahan yang lebih baik tetapi jika perubahan itu tidak menyenangkan dapat menyebabkan ketegangan mental. Sebagai contohnya adalah krisi global yang sekaran ini terjadi. Bagaimana menghadapinya?

Krisis global atau apa pun namanya semua itu adalah permasalahan yang harus dihadapi. Sang Buddha selalu mengingatkan kita akan hukum ketidak kekalan. Pada umumnya manusia tidak mau berhadapan dengan masalah demikian pula dengan krisis yang melanda dunia ini. Sekarang semuanya sudah terjadi, kita harus dapat menerima perubahan yang sudah terjadi dan baru kemudian mencari solusinya.

Pernah suatu hari, ada orang yang berkata seperti ini, “Bhante, sekarang kan lagi krisis jadi banyak orang yang mengurungkan untuk berbuat baik.” Saya katakan kepada orang itu, Berbuat baik sebenarnya dapat dilakukan kapan saja. Ada krisis atau tidak kita tetap harus berbuat baik. Janganlah kemudian kita juga ikut krisis. Yang dimaksud krisis di sini adalah krisis kebaikan, perilaku, dan juga mental.

Bekal untuk mengahadapi permasalahan hidup ini adalah meningkatkan kadar sepiritual kita. Kita harus semakin dekat dengan Dhamma. Berbuat baiklah sebanyak mungkin. Luruskan perilaku dan jagalah batin ini dari virus yang mematikan yaitu kilesa. Dengan cara ini ini kita dapat menghadapi perubahan apa pun dalam kehidupan ini. Marilah kita meningkatkan kadar spiritual kita agar tetap tegar dalam kondisi apa pun. Jangan lalai dan teruslah membangun kewaspadaan agar kita tidak jatuh dalam krisis kebajikan, moral dan juga mental. Kenapa ada orang yang tegar di tengah-tengah badai krisis yang melanda kehidupan ini? Karena kadar spiritual mereka mantap sehingga mampu menghadapi permasalahn yang sekaran ini dihadapi oleh banyak orang di dunia ini. Jika kita ingin seperti mereka maka tingkatkan kadar spiritul melalui praktek Dhamma dalam kehidupan sehari-hari sehingga kebaikan, perilaku yang baik dan juga sikap mental positif dapat bertahan bahkan dapat ditingkatkan.


By. Bhadra vira

BANGKIT DARI KECEMARAN

BANGKIT DARI KECEMARAN

MENUAI KEBAHAGIAAN

ANABIJJHALU VIHAREYYA AVYAPANNENA CETASA

SATO EKAGGACITTASSA AJJHATTAM SUSAMAHITO

Hiduplah tanpa ketamakan dan iri hati, isilah pikiranmu dengan kebajikan.

Milikilah perhatian murni dan pikiran yang terpusat, batin yang teguh dan terkosentrasi.

(Avgutaranikaya II.29)

Semua Ingin Bahagia?

Jika kita ditanya, “Apakah Anda ingin bahagia?” Jawabannya adalah ya, mengakui atau tidak mengakui pada dasarnya manusia menginginkan hidupnya bahagia. Orang jahat sekalipun menginginkan kehidupan yang membahagiakan, pendek kata semua orang menginginkan hidupnya bahagia.

Memang, secara alami kebahagiaan itu dambaan setiap orang. Namun, pandangan tentang kebahagiaan itu sendiri, setiap orang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tentunya semua itu dipengaruhi oleh kondisi orang tersebut. Pada saat kita melihat orang yang sangat minim dalam hal materi, kita akan beranggapan bahwa orang itu menderita. Sebaliknya pada saat melihat orang kaya, kita akan mengatakan bahwa orang tersebut bahagia. Padahal belum tentu seperti yang kita aggap. Ada orang miskin yang merasakan kebahagiaan karena mau menerima dan ada juga orang kaya merasa tidak bahagia karena hidupnya selalu mengalami ketakutan. Bahagia atau tidak tergantung kondisi batin kita. Orang suci selalu berbahagia, yang batinya telah bebas sepenuhnya, yang tidak dikotori oleh keinginan-keinginan inderawi. Ia senantiasa tenang dan bebas dari kemelekatan. (Samyutanikaya I.212).

Dalam kalangan masyarakat timbul berbagai macam pengertian mengenai kebahagiaan. Ada sebagian orang yang berpendapat, kalau sudah mempunyai sesuatu yang diinginkan dan keinginan itu tercapai adalah kebahagiaan, sebagai contoh: jika seseorang mendapatkan lotre, orang ini merasa bahagia karena dengan lotre itu akan dapat membeli apa yang ia inginkan. Seandainya kita hidup terbebas dari ikatan-ikatan dan dapat mengendalikan nafsu indera, sebenarnya disinilah letak kebahagiaan. Kebahagiaan yang sejati tidak terletak pada materi tetapi pada batin kita masing-masing yang mampu menerima kondisi sebagaimana mestinya. Selama manusia terikat dengan ketidakpuasan batiniah, selama itu pula manusia tidak akan mendapatkan kebahagiaan sejati.

Materi yang kita miliki hanya sekedar sarana untuk mencapai kebahagiaan yang lebih tinggi. Karena dengan memiliki materi kita dapat menggunakannya untuk kebaikan. Akan menjadi berbahaya kalau kita tidak dapat menggunakan kekayaan itu dengan baik. Dengan memahami fenomena yang ada di masyarakat, kita akan menjadi lebih mengerti akan makna kebahgiaan yang kita harapkan. Pandangan yang salah selama ini akan bergeser ke arah yang lebih baik. Gapailah kebahagiaan yang sejati dengan jalan yang baik karena sesungguhnya kebahagiaan itu akan muncul kalau kita menghindari kejahatan. Semua orang ingin hidupnya bahagia, tidak ada yang ingin hidupnya menderita. Hanya saja kita harus tahu kebahagiaan seperti apa yang benar-benar membawa hidup kita ke arah kebahagiaan sejati.

Mungkinkah Kita Bahagaia?

Pertanyaan tersebut di atas sering dipertanyakan oleh orang banyak. Mereka mengalami keragu-raguan dalam hidupnya karena mereka beranggapan bahwa hidup ini sungguh sulit dan terasa sangat sulit lagi kalau tidak dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Akhirnya apa yang terjadi? Pada saat manusia putus asa, akhirnya manusia mencari jalan pintas untuk membunuh dirinya sendiri karena dengan bunuh diri penderitaan yang mereka alami akan berakhir. Apakah kebahagiaan seperti ini yang kita cari dan mungkinkah kebahagiaan itu dapat kita raih?

Pernahkah Anda melihat orang sehat terus sepanjang hidupnya? Pernahkah Anda melihat orang selalu berbahagia sepanjang hidupnya? Apakah Anda pernah melihat orang yang keinginannya selalu terpenuhi. Perubahan terus menerus akan kita lami sepanjang kita belum keluar dari lingkaran samsara ini. Kadang kita bahagia dan terkadang juga kita menderita, kadang kita sakit dan kadang pula kita sehat. Kita mengharapkan hidup yang baik tetapi yang kita terima justru berbeda dengan harapan kita. Kondisi demikian inilah yang terkadang membuat kita kita kehilangan harapan untuk bahagia.

Harapan-harapan yang kita cita-citakan selama ini masih terkesan kesenangan duniawi bukan kebahagiaan yang sesuai dengan Dhamma. Namun, karena kegelapan batin, kita tidak mampu menyadari bahwa kebahagiaan yang kita kejar adalah kebahagiaan duniawi. Pernah ada muncul pemikiran bahwa agama Buddha mengajak umatnya untuk menderita karena materi tidak pernah dikatakan sebagai kebahagiaan. Pemikiran semacam ini adalah pemikiran yang salah. Materi atau duniawi dalam agama Buddha dipandang sebagai suatu sarana untuk memperolah kebahagiaan spiritual. Materi dapat kita gunakan untuk melakukan perbuatan baik dan perbuatan baik inilah yang dapat mengkondisikan kebahagiaan spiritual itu muncul. Kebahagiaan duniawi masih bersifat sementara, masih mengalami perubahan. Keterikatan kita terhadap kesenangan duniawi justru akan membuat kita terperosok jauh ke dalam penderitaan. Segala macam kebahagiaan duniawi, entah itu umur panjang, materi, kedudukan, suami yang ganteng atau istri yang cantik adalah kebahagiaan yang masih bersifat duniawi. Kalau kita dapat menyadari perubahan dengan apa yang kita senangi dan yang tidak kita senangi, kebahagiaan akan bersama kita. Kebahagiaan akan muncul sebagai akibat lenyapnya sebab penderitaan. (Khuddakanikaya, Dhammapada).

Hidup kita ibarat sebuah grafik, yang terkadang naik, turun, dan juga stabil. Demikian pula hidup kita terkadang bahagia, menderita, dan juga muncul keadaan netral. Semua itu adalah seni dari hidup ini. Yang harus kita lakukan adalah kemauan dan kemampuan untuk menghadapi perubahan siklus kehidupan yang kita hadapi. Mungkin, di suatu saat kita menderita, di lain waktu kita bahagia. Namun semua itu harus kita hadapi dengan pengertian bahwa semua yang kita alami adalah bagian dari proses kehidupan kita. Manusia tidak dapat memastikan bahwa hidupnya akan bertahan dalam kebahagiaan, justru kalau manusia mempertahankan dan tidak mau adanya perubahan, maka manusia itu akan semakin jauh dari penderitaan. Kita tidak dapat merekayasa hukum Dhamma, karena hukum Dhamma akan berjalan sesuai kondisi dan tidak tergantung pada waktu, tempat, dan keadaan. Sang Buddha bersabda bahwa, Segala sesuatu yang terbentuk tidak kekal atau mengalami perubahan (Tilakkhavadigatha).

Dukkha Harus Kita Hadapi

Sang Buddha mengatakan bahwa hidup ini adalah “dukkha”. Pernyataan yang sungguh mengejutkan bagi kita. Belum ada tokoh spiritual yang secara terang-terangan mengatakan hidup ini “dukkha”. Pernyataan semacam ini akan ditanggapi secara kontroversial oleh orang banyak, tentunya karena cara pandang yang berbeda. Mereka yang mempunyai sikap optimistis akan mengatakan bahwa agama Buddha mengajak untuk menjadi orang yang pesimistis. Bagi mereka yang pesimis menghadapi kehidupan ini akan mengatakan cocok dengan pernyataan di atas. Kenapa Sang Buddha mengatakan hidup ini adalah dukkha? Tentunya ada sebab yang harus kita pahami dengan baik. Dukkha dapat diartikan sebagi ketidakpuasan batiniah, selama kita tidak puas dengan kehidupan ini selama itu pula kita akan terus menerus mengalami dukkha. Keterikatan dengan apa yang kita senangia atau menolak dengan sesuatu yang tidak kita senangi adalah sebab dari dukkha itu sendiri.

Lihatlah diri sendiri! Apa yang kita lakukan pada saat kita berhadapan enggan kehidupan ini, selalu tidak puas dan tidak puas. Kita selalu terikat dengan apa yang kita cintai, saat kita mendapatkan kesenangan, kita tidak ingin kesenangan itu berubah. Sebaliknya, saat kita mendapatkan hal yang tidak kita inginkan, kita tidak senang dan cenderung menolak. Sikap seperti ini adalah sikap yang yang salah dalam menghadapi kehidupan. Selama sikap ini tertanam dengan kuat dalam diri kita, selama itu pula kita terus menerus dibelenggu oleh dukkha. Dhamma mengajak kita untuk melihat kehidupan ini secara obyektif, melihat kehidupan ini sebagaimana apa adanya. Agama Buddha tidak pesimis maupun optimis tetapi realistis. Dhamma mengajak kita untuk melihat hidup ini dengan bijak dan mengakui bahwa hidup ini bercorak anicca, dukkha, dan anatta.

Walaupun kehidupan ini dukkha, tetapi jika kita mempunyai kebijaksanaan yang berdasar Dhamma, maka kita akan mengerti bahwa dukkha bukan untuk dihindari tapi untuk dihadapi. Apapun yang terjadi, jika Dhamma benar-banar sudah bersama kita maka kekuatan Dhamma itu dapat kita gunakan untuk menghadapi hidup yang serba tak pasti ini. Dhamma adalah sumber kekuatan yang harus kita gali dan telaah dengan baik agar kekuatan Dhamma itu benar-benar merasuk ke dalam batin. Sebaliknya, jika kekuatan Dhamma itu tidak ada pada kita, maka kesulitan yang tarapnya masih kecil pun dapat membuat kita stress.

Di tengah-tengah masyarakat kita terdapat kasus-kasus bunuh diri yang hanya gara-gara permasalahan sepele. Mungkin, bagi orang yang bunuh diri ini menjadi besar karena tidak ada kekuatan Dhamma di dalam diri orang tersebut sehingga nekat mengambil jalan pintas. Sebaliknya ada pula orang yang tertimpa masalah yang bertubi-tubi tetapi tetap mampu bertahan dan mampu menghadapinya. Pola pikirlah yang membedakan cara orang menghadapi masalah dalam hidupnya, oleh karena itu kita harus membangun pola pikir dengan merealisasi Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Banjir (nafsu) diseberangi dengan keyakinan; dengan kewaspadaan laut (samsara) di seberangi. Kesengsaraan di atasi dengan kekuatan semangat; dengan kebijaksanaan orang disucikan (Sutta Nipata. 184). Perjuangan kita akan sukses, apabila kita punya tekad yang kuat serta semangat yang tinggi. Semua itu akan berkembang dalam batin, jika latihan spiritual benar-benar dilakukan dalam kehidupan ini.

Makna Sebuah Teratai

Kehidupan ini laksana lumpur yang sangat kotor yang di dalamnya tumbuh bunga teratai. Walaupun teratai tumbuh dalam lumpur, bunga teratai tetap bersih tanpa noda lumpur. Demikian pula, hidup kita ini berada dalam kehidupan yang penuh dengan noda atau kekotoran batin. Walaupun kita berada dalam lumpur kekotoran batin, ibarat bunga teratai, kita pun mampu mengendalikan pikiran dan tidak hanyut dalam sehingga pikiran kita menjadi kotor. Batin memang terus bergejolak, namun kita harus tetap menjaga batin kita supaya tidak larut dengan gejolaknya batin. Hanya saja kita harus berjuang setiap saat dan kontinyu untuk membebaskan diri kita dari belenggu kekotoran batin. Dibelenggu oleh nafsu keinginan, diikat untuk bertumimbalahir; ketat terkungkung oleh pandangan-pandangan salah, terkekang oleh ketidaktahuan, berpusar kian kemari; demikianlah manusia mengembara dalam samsara, mati hanya untuk lahir kembali (Avgutaranikaya.II.10).

Kita sudah lahir dalam kehidupan ini, oleh karena itu kita harus berhadapan dengan kehidupan yang terus mengalami perubahan. Kehidupan yang penuh dengan problema memang terkadang tidak menyenangkan tetapi suka atau tidak suka seni kehidupan ini pun harus kita hadapi dengan batin yang bijak. Di sisi lain kita sudah banyak melakukan kebajikan, di sisi lain kita juga mengalami kekecewaan, sedih, dan hal-hal negatif namun, semua itu adalah proses yang harus kita hadapi. Dua sisi kehidupan memang harus kita hadapi dan kalau kita mampu menghadapinya akan ada pengalaman yang sangat berharga bagi hidup kita.

Seperti bunga teratai, manusia harus berjuang dan bangkit dari lumpur kekotoran batin sehingga mampu mekar tanpa noda walau tumbuh di tengah-tengah lumpur. Sebenarnya masing-masing orang dapat melepaskan diri dari belenggu dukkha, hanya saja setiap individu harus berjuang dengan semangat dan kesabaran. Memang, semua perjuangan membutuhkan pengorbanan, tetapi jika perjuangan yang kita lakukan mengarah kepada yang terbaik, maka kita tetap harus berjuang. Kita harus senantiasa beradhitthana untuk selalu bangkit dari kecemaran. Di lingkungan kita, polusi kekotoran batin semakin kuat mempengaruhi diri kita dan ini sangat berbahaya bagi kualitas perkembangan kualitas batin. Oleh karena itu kita harus jeli menatap kehidupan yang penuh gejolak ini dengan kewaspadaan yang kita bangun.

Buah Dari Sebuah Perjuangan

Hidup adalah perjuangan, maka kita harus memperjuangkannya ke arah yang lebih baik. Walaupun banyak tantangan yang harus kita hadapi, karena perjuangan kita adalah perjuangan spiritual, maka kita harus menghadapinya dengan tekad dan semangat dalam Dhamma. Perjuangan yang kita lakukan memang panjang, tetapi perjuangan kita akan membuahkan nilai positif bagi bagi batin kita. Sikap mental positif adalah hasil perjuangan yang akan membawa kita kepada kebahagiaan. Sikap mental positif adalah sikap batin yang dewasa yang akan membuat seseorang selalu waspada dalam hidupnya. Ketidakcekatan adalah debu, debu menempel pada kesadaran yang lamban. Dengan kekuatan pengetahuan dan kewaspadaan, cabutlah panah itu dari dirimu sendiri (Suttanipata. 334).Kehidupan ini adalah dukkha, ketidakpuasan bati selalu bersama kita. Namun, jika kita mampu menghadapinya, dukkha atau ketidakpuasan batin itu akan lenyap dari diri kita dan kebahagiaanlah yang bersama kita.

Memang, sebelum kita memegang kunci untuk membuka pintu kebahagiaan, maka yang ada bersama kita adalah ketidakbahagiaan. Masalah yang kita hadapi terasa berat dan yang muncul adalah kemarahan, jengkel, sedih, kecewa, dan bahkan putus asa. Suasana batin terkacaukan oleh permasalahan yang ada sehingga ketidaktenangan terus menggerogoti kita. Apa yang terjadi jika semua itu melanda diri manusia? Manusia menjadi bingung, kacau, stress, dan akhirnya depresi.

Apa yang harus kita lakukan untuk dapat lepas dari kecemaran ini? Yang harus kita lakukan adalah merubah pola pikir. Pola pikir yang baik akan membuat diri kita mampu menghadapi kehidupan ini. Batin kita harus diberdayakan menuju pada batin yang dewasa karena dengan batin yang dewasa kita mampu menghadapi kehidupan ini secara bijak.. Kehidupan yang tidak pasti ini hanya dapat diatasi dengan kedewasaan batin. Batin yang dewasa adalah batin yang mampu menghadapi kehidupan ini secara obyektif. Melihat hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan sebagai suatu proses yang harus kita lihat sebagi proses sehingga kita tidak terikat oleh proses tersebut. Keterikatan pada proses inilah yang membuat kita terus terbelenggu oleh dukkha.

Lepas dari belenggu ketidakpuasan batin tidak semudah membalikan telapak tangan, kita harus jatuh bangun dalam berjuang. Oleh karena itu, kita harus berusaha untuk senantiasa berbuat baik, menjaga moralitas, dan juga mengembangkan batin. Ada tiga hal yang dapat kita lakukan untuk memperkokoh batin kita dan tiga hal ini harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perbuatan baik sebenarnya kita sudah melatih untuk mengurangi keterikatan kita terhadap apa yang kita cintai dan senangi. Dengan latihan melepas setiap saat dalam kehidupan kita, beban mental kita akan semakin berkurang dan berkembanglah kebahagiaan. Moralitas akan memperkuat batin, karena moralitas adalah dasar yang akan membuat kita selalu terkendali dalam mengarungi kehidupan ini. Dengan batin yang terkendali, maka kemungkinan menyimpang dari Dhamma dan Vinaya dapat dipersempit ruang geraknya. Untuk menjaga agar batin kita selalu seimbang diperlukan batin yang dewasa. Batin yang dewasa dapat diperoleh melalui Bhavana atau Meditasi. Meditasi atau Bhavana adalah cara yang jitu untuk membuat batin ini menjadi dewasa.

Kehidupan ini sudah diwarnai dengan polusi kekotoran batin sehingga sifat tamak, serakah, kebencian, dan kegelapan semakin melekat pada diri manusia. Namun, bagi kita yang mengerti bahaya dari kekotoran batin, tentunya akan berusaha untuk lepas dari lumpur kekotoran dan berusaha untuk keluar agar tidak tercemar. Hanya saja, untuk lepas dari belenggu penderitaan, kita harus terus melatih diri sehingga kekuatan Dhamma benar-benar menyatu dalam diri kita. Dengan melakukan perbuatan baik, menjaga moralitas, dan pengembangan batin yang terus kita lakukan akan membuat diri kita menjadi baik dan kebahagiaan akan dapat kita rasakan. Semua yang terbentuk adalah dukkha, bila dengan bijaksana orang melihatnya, maka dukkha tidak akan ada lagi (Tilakkhanadigatha).


Bhadra Vira

Mengenai Saya