Jumat, 05 Juni 2009

Bukan seorang ibu, bukan seorang ayah


Bukan seorang ibu, bukan seorang ayah,

Bukan pula sanak keluarga yang lain,

Yang dapat melakukan kebaikan yang lebih besar bagi diri sendiri,

Melainkan pikiran yang diarahkan dengan baik.

Dhammapada 43

Belakangan ini kita sering mendengar istilah krisis global melalui media atau pun perbincangan di masyarakat. Sebuah perubahan yang membuat banyak orang panik bahkan sampai ada yang melakukan tindakan nekat. Banyak cerita dari dampak krisis yang melanda dunia sekarang ini. Krisis tersebut membawa dampak yang luar biasa dan mempengaruhi segala lini kehidupan.

Harga-harga yang melambung dan daya beli masyarakat yang rendah menyebabkan perekonomian berjalan perlahan bahkan ada yang mengalami kebangkrutan. Kalau sudah seperti ini tentu akan berdampak ke arah yang lain. PHK besar-besaran dapat terjadi dan menyebabkan pengangguran semakin meningkat. Padahal pengangguran sekarang ini sudah banyak. Dampak dari kehilangan kerja ini pun mempengaruhi kehidupan keluarga mereka karena penghasilan menjadi berkurang bahkan tidak ada.

Tindakan kriminal yang sekarang ini sering terjadi salah satu faktor penyebabnya adalah krisis yang sekarang ini terjadi. Banyaknya pengangguran akan menambah kemiskinan dan dapat berujung pada maraknya pelaku kejahatan. Faktor kemiskinan juga menyumbang bertambahnya angka kejahatan. Dampak dari krisi ini pun bukan hanya pada segi ekonomi tetapi juga mental manusia. Mereka yang tidak dapat bertahan dari krisis global mengalami ketengan mental, stress, depresi dan dalam kondisi seperti ini mereka dapat melakukan tindakan nekat.

Haruskah krisis membuat kita juga mengalami krisis? Tidak harus demikian, kenapa? Karena masih ada solusi untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi manusia ini. Krisis adalah sebagian dari hukum perubahan, oleh karena itu suka atau tidak suka kita harus menghadapinnya. Perubahan kadang menyenangkan kalau itu perubahan yang lebih baik tetapi jika perubahan itu tidak menyenangkan dapat menyebabkan ketegangan mental. Sebagai contohnya adalah krisi global yang sekaran ini terjadi. Bagaimana menghadapinya?

Krisis global atau apa pun namanya semua itu adalah permasalahan yang harus dihadapi. Sang Buddha selalu mengingatkan kita akan hukum ketidak kekalan. Pada umumnya manusia tidak mau berhadapan dengan masalah demikian pula dengan krisis yang melanda dunia ini. Sekarang semuanya sudah terjadi, kita harus dapat menerima perubahan yang sudah terjadi dan baru kemudian mencari solusinya.

Pernah suatu hari, ada orang yang berkata seperti ini, “Bhante, sekarang kan lagi krisis jadi banyak orang yang mengurungkan untuk berbuat baik.” Saya katakan kepada orang itu, Berbuat baik sebenarnya dapat dilakukan kapan saja. Ada krisis atau tidak kita tetap harus berbuat baik. Janganlah kemudian kita juga ikut krisis. Yang dimaksud krisis di sini adalah krisis kebaikan, perilaku, dan juga mental.

Bekal untuk mengahadapi permasalahan hidup ini adalah meningkatkan kadar sepiritual kita. Kita harus semakin dekat dengan Dhamma. Berbuat baiklah sebanyak mungkin. Luruskan perilaku dan jagalah batin ini dari virus yang mematikan yaitu kilesa. Dengan cara ini ini kita dapat menghadapi perubahan apa pun dalam kehidupan ini. Marilah kita meningkatkan kadar spiritual kita agar tetap tegar dalam kondisi apa pun. Jangan lalai dan teruslah membangun kewaspadaan agar kita tidak jatuh dalam krisis kebajikan, moral dan juga mental. Kenapa ada orang yang tegar di tengah-tengah badai krisis yang melanda kehidupan ini? Karena kadar spiritual mereka mantap sehingga mampu menghadapi permasalahn yang sekaran ini dihadapi oleh banyak orang di dunia ini. Jika kita ingin seperti mereka maka tingkatkan kadar spiritul melalui praktek Dhamma dalam kehidupan sehari-hari sehingga kebaikan, perilaku yang baik dan juga sikap mental positif dapat bertahan bahkan dapat ditingkatkan.


By. Bhadra vira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan kirim komentar anda, komentar anda saya tunggu...


Bhadra Vira

Mengenai Saya